Kadang kala aku melakukan hal tolol
Yang setelah usai menyebabkan dongkol
Yang menimbulkan sesal dan kesal
Yang ditepis pun tak ayal
Aku bertanya-tanya dalam hati
Sesalkah dirasa pelacur usai tertunai hajatnya?
Sesalkah dirasa pasangannya usai birahi terpenuhi?
Sesalkah kedua sejoli mesum usai menggulum manisnya kepuasan fana?
Sesal selalu setia pada sebuah akhir
Tapi aku membenci akhir
Dia tidak memulai, dia tidak menjalani
Hanya berakhir. Mati.
Tapi aku nampaknya tak bisa membenci sesal,
Sebab sesal selalu menemaniku menanti sebuah akhir
Tanpa pernah bertanya perlukah kembali ke awal
Sebab sesal selalu setia kembali kepada sebuah akhir
Ketololan terbesarku adalah berkawan dengan sesal
Sesak dan sedih tiap ia berjumpa dengan akhir yang kubenci sudah jadi canduku
Candu cinta tololku
Jadi,
Apa kau pun kawan dari sesal?
(Tercipta dari insomnia efek hati yang terlalu banyak berasumsi)
No comments:
Post a Comment