Thursday, August 18, 2016

Salam Sayang

Kukumpulkan sekian umpatan paling menyakitkan yang kutahu
Makian yang mematikan
Semua hanya untukmu

Yang kutahu takkan cukup..
Cukup untuk meredakan badai dihatiku
Cukup untuk meminta hati mengikhlaskan
Benar kata murid disebelahku,
Nyatanya sabar dan ikhlas dua bersaudara yang selalu bertengkar

Seperti hujan ditengah hari yang terik
Tanpa pertanda dan firasat
Hanya luka yang kau tinggalkan sebagai jejak saat melangkah menjauh

Biarlah kau kukenang sebagai seorang bajingan
Seorang pecundang yang lupa ingatan
Akan aku, kau dan dunia kecilmu
Yang membuatmu kembali kepada ia yang pernah mengukir lukamu,
yang sakitnya telah kau lupakan itu

Ya.. biarlah demikian..
Agar aku tak perlu menyesal telah menolak kau sepenuh hati
Agar aku menyesal pernah memberimu sepenuh hati
Mengingatmu seperlunya untuk melupakanmu

Aku memang egois,
Aku hanya ingin lukaku untukku seorang diri
Biar aku yang lampau membusuk bersama kenangan lapuk ini


Monday, August 15, 2016

#1

Seperti arloji yang mati
Hati ini terpatri, seolah waktu terhenti antara kita
Memberi arti tiap detik yang telah terlewati
Detak detik kita dimulai saat ini,
Walau seolah waktu terhenti antara kita

-15 Agustus 2016

Wednesday, August 10, 2016

Belati

Pikiranku berhamburan
Tersebar di antara tumpukan kenangan dan angan
Sementara hatiku tercerai berai
Dalam derai badai risau

Hey.. apa kau dengar?
Lagu rindu namun sendu itu..
Yang lantunannya sayup merintih berdoa
Agar kau ingat rasanya kembali, pulang..

Ah.. tentu tidak..
karena lagu itu hanya menggema dalam palung laut hati
Sementara kau telah mematikan radar Neptunus itu
Agar kau tuli mendengar semua laguku

Jika peduliku hanya belati bagimu..
biarlah aku jadi belati yang terpatri di jantung hatimu
Agar selalu dekat dengan nadi dan matimu

Ah..tapi tentu tidak..
Lebih baik jika aku jadi belati yang patah
Agar kau tak kembali terperangkap luka
Agar kau pulih, dan lantas pergi
Hidup.. bukan mati..




Monday, August 8, 2016

Aku (pun) Benci Ragu Itu

Aku benci ragu itu


Terlintas ingatan masa lalu

Ku ingin lenyapkan itu walau sebesar apapun

Tadinya kuat menjadi berat

tadinya berani jadi tak bisa jalani


 

Kupilih yang kanan, kau juga….

Kupilih yang kiri, kau juga….

Aku ragu untuk naik

Akhirnya kau berani untuk naik

Aku turun

Kau malah ikut turun

 

Aku hancur karena ragu

Aku kabur karena ragu

Aku lebur karena ragu

Aku benci ragu itu…

 

Rudi Bachtiar

31 Agustus 2007

Thank you kang Rudi buat sumbangsih puisinyaa,
kalo dah jadi buku kumpulan puisinya, sisain 1 copy buat saia yahh hihi :P