Tuesday, November 1, 2016

Halo hati..

Halo hati,

Tak terasa sudah seminggu berlalu (oke, aku bohong, ini adalah seminggu terlama dalam satu tahun terakhir).

How’s life? Kamu baik?

Karna aku tidak. Aku tidak baik-baik saja. Senyum di wajahku kemarin? Ah, aku mulai suka bermain sandiwara. Menipu dunia ternyata menyenangkan juga.

Bagaimana dengan escape plan yang kamu rencanakan? Punyaku tidak berjalan dengan baik. Membanting tulang untuk bekerja somehow tidak menyenangkan. Aku tetap membayangkan akhir minggu tenang diselingi hujan, agar bisa bersembunyi di balik selimut dengan nyaman.

Ya, sifat malasku semakin menjadi jadi. Jika ibu hamil sering menyalahkan bayi di dalam kandungannya ketika ini terjadi, bawaan orok, kata mereka. Mungkin aku akan menyalahkan dirimu, bawaan hati. Adil bukan? Siapa lagi yang lebih tepat dikambinghitamkan untuk semua ini?

Halo hati,

Kamu masih di sana? Aku rindu bercerita. Bercerita tentang apa saja seperti hari hari biasanya sebelum kau minta aku untuk berhenti.

Katamu aku harus mencoba mengikhlaskan. Mungkin kamu belum tau kalau mengikhlaskan sesuatu itu adalah hal yang paling sulit untuk dipelajari. Bahkan dulu sempat dibuat filmnya di layar lebar. Kamu tidak tau? Yang jadi bintangnya dedi mizwar dan andre stinky.

Mereka sudah jadi politisi katamu? Ah ya benar juga. Tapi ini diluar konteks pembicaraan kita! Pengalihan isu? Kamu pun sudah ikut ikutan berpolitik ya sekarang denganku, manipulasi pikiran adalah salah satu alat politik, cih mentang mentang sudah dekat pemilu.

Halo hati,

Jadi kapan kira kira kamu akan sembuh? Bukan bukan, ini bukan desakan. Ya, aku memang terlahir sebagai anak yang tidak sabar. Tapi ini bukan desakan. Aku akan menunggu, menunggu dengan tidak sabar tentunya. Kamu tahu jelas aku tidak pernah suka menunggu.

Jangan lama-lama ya, aku lelah.

Predikat anak lemah itu masih melekat, menempel rapat. Sugesti “kamu anak kuat” dari sekitar tidak cukup meyakinkanku. Dan jangan bilang padaku ini hanya masalah waktu.

Aku tahu ini bukan masalah waktu. Ini masalah kemauanmu untuk melangkah pergi. Berjalan pelan tapi pasti. Bukan salah satu hobimu untuk berjalan, ya, aku mengerti.

Tapi masalahnya, sudah terlalu banyak jalan pintas yang kamu ambil sedari dulu, lalu gagal. Mungkin ini saatnya untuk mengambil jalan memutar yang lebih panjang, untuk pulang.

Ya, aku ingin pulang.

Dan karna tak ada orang lain yang akan menanggung sakitmu selain aku, kali ini tolong, pulang dengan cara yang benar. Menyusun serpihan jadi satu kesatuan utuh kembali butuh effort yang oh-sungguh-berarti.

For once, be good, dan lekas sembuh.



Salam sayang,


(teristimewa untuk para penyintas dari peperangan hati, semoga lukamu segera sembuh, bahkan jangan biarkan cacat tetap menjadi penghalang bagimu tuk bersyukur atas kehidupan)
*special thanks to Rizki Pernando 'Ochol" :')


No comments:

Post a Comment